Kamis, 31 Mei 2012

Cermin



Toleransi, adalah yang paling sering saya pakai ketika berhadapan dengan anak-anak didik ini. bahkan ketika mereka, dari yang sering saya perhatikan, berkomentar negatif untuk tiap sesatu yang mereka temui. Tidak indah lah ya.. kalo saya tullis di sini bentuk komentarnya seperti apa. (ini hanya untuk diri saya sendiri sebagai referensi kelak. #*sensor* Ppiiiiii "jelek banget sih..." "najong.." "gembel banget luh...", "ih... nyebelin banget sih...", "HAA HAA HAA HAA...#tertawa amat bahak#", dll.. lupa saya.. Ppiiiiiip#)

Saya hanya terheran-heran. Tidak habis fikir. Kenapa bisa? Dengan mudahnya tiap asbun negatif mereka keluar begitu saja tiap kali sikon tertentu muncul. Meski yah,,, memang itu lucu. Mengundang tawa antara sesama mereka. Tapi tetap saja, ada pihak atau sikon yang dijadikan olok-olok di sana.

Seorang "house-mate" curhat begini, begitu... bla-bla...&!@_@ $#*^* *_* @-@ T_T +_+ =_= :-p
intinya... jadi kepikiran... apa selama ini saya juga sebagai pengajar sudah bertutur kata yang baik-baik saja? tidak asbun yang aneh-aneh juga? Tidak leave comment yang menyakitkan, dsb.? Bisa tidak merendahkan sikon dan individu demi lawakan gak mutu? Bisa jadi, secara tidak sadar, di lingkungan pertemanan, saya bertutur seperti mereka.

Anak-anak mungkin cerminan kita.
Mulut kita bagai corong teko. Teko hanya mengeluarkan isi teko.
Jika di dalam teko adalah air bening, yang keluar tak mungkn kopi.
Jika yang kita ucapkan adalah kesiaan yang menyakitkan, bagaimanakah hati kita?

Allah A'lam.

PS : First normal tag...

0 komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here