Kamis, 09 Mei 2013

Tentang Murid-murid saya

Bismillah...
Ini first entri  soal anak-anak yang jadi murid pertama saya. Kelompok halaqoh tahfizh saya yang jumlahnya dua puluh empat orang. Mereka semua manis. Pada  awalnya. Ada rebel-rebel juga, masa-masa malasnya juga. Kalo udah gitu mreka ga manis lagi. Hehe. Biar bagaimana, mereka ini tembok-tembok fondasi saya di sisi Allah kelak. Salah satu fondasi saya. Mereka istimewa buat saya.

Mengingat-ingat kembali mereka dan awal-awal saya mengajar bikin semacam golakan di perut saya.
Betapa saya medzolimi mereka. Hiks.
Mengenal mereka satu persatu.
Yang pertama saya sadari tentu saja kualitas bacaan mereka.
Rasanya memikul gunung hud waktu itu.
Yang terlambat-terlambat datangnya.
Saya rasanya menelan jarum tiap hari.
Yang nawar-nawar soal setoran, pulang lebih dulu, izin sakit padahal siang masuk sekolah.
Rasanya kaya minum madu pahit.
Madunya ya karena waktu mengajar jadi beerkurang. He...
Pahitnya, Ya ampun, Nak. Kalo kaya gini terus gimana kemajuan kamu? Hah. PR makin numpuk

Pulang jelang maghrib karena ngobrol-ngobrol bareng beberapa anak, paling ngangenin.
Itu bagian dari mengenal mereka secara personal.
Oh, saya perlu sekali. Perlu mencintai mereka. Haha.
Memang "ga saya banget", ya.
Tapi proses mengenal dan berusaha mencintai ini begitu saja berjalan.
Seperti pohon yang tumbuh karena terkena sinaran mentari.
Mereka adalah mentari yang menumbuhkan "ini". Perantaraan dari Allah.
Pertemuan-pertemuan pagi-sore hari adalah pupuk-pupuknya.
Pertemuannya.
Gimana jadinya kalo udah ga ada pertemuan pagi-sore itu?

Ini adalah cara saya mengenang mereka.

Terlalu banyak kenangannya. Bukan cuma puluhan di 3 semester bersama mereka.
Halaqoh di perpust sampai jelang maghrib.
Habis suara ngajarin tahsin.
Kelompok saya bagi dua. Metode yang ga bertahan lama.
Nyimak Ustadz Ahmad Robbani, yang tiap dipause wajahnya jadi lucu #afwan, Ustadz...
Ada yang gerutu-gerutu waktu ujian tahsin.
Jalan-jalan ke LTIQ. Ah,saya kaku.
Pergi ke studio foto. Ah, saya juga kaku.
Beberapa anak pindah kelompok.
Beberapa anak baru masuk.
Beberapa saya bikin jengkel dengan jam tambahan.
Beberapa bikin jengkel saya.
Pernah sangat marah sampai mau nangis.
Pernah mereka capek-capek rayain milad saya. Ah, Saya kaku. Benar-benar malu.
Yang itu bikin saya mesem-mesem. Makasih banyak, Nak.
Memerhatikan komposisi pertemanan mereka juga.
Ini sedikit banyak ngaruh ke tahfizh mereka.
Beberapa anak dekat dengan saya.
Beberapa untouchable.
Bikin surat buat mereka semua. Dan yang bikin repot amplopnya. Haha.
Beberapa saya kasih hadiah.
Beberapa belum. Haah, saya berutang nih.

Dan banyak yang pahit. Ini di diri saya sendiri.
Tentang tanggung jawab saya. Ada yang belum selesai dengan mereka.
Dan saya bingung memulainya lagi bagaimana.
Padahal pertemuan pagi-sore kami sudah berakhir.
Mereka bukan lagi anak-anak didik tahfizh saya.
Tapi mereka tetap anak ideologis saya.

Bismillah.
Ayo mulailah lagi, kawan...
Antarkan mereka ke ujung yang membahagiakan dirimu da diri mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here